Pack your travel bag, check your cash and come with me!
Kali ini saya akan mengajak kamu jalan-jalan ke Tabla Nusu, salah satu Kampung di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura.
Nggak terlalu jauh, kamu hanya butuh waktu 45 menit menggunakan angkutan umum dari Kota Sentani sampai ke Depapre, dengan ongkos hanya Rp. 5000,- kemudian melanjutkan perjalanan ke Kampung Tabla Nusu dengan menggunakan Ojek, biayanya Rp. 7000,- Nah!, cukup murah kan?
Jumlan penduduk di Kampung Tabla Nusu sekitar 89 kepala keluarga, dengan sepuluh marga besar didalamnya, yaitu, SOUMILENA, DANNYA, SUWAE, SORONTOUW, YAKARMILENA, WAMBENA, SOUMISU, APASERAY, IFUWAY dan SELI.
Seluruh penduduknya beragama Nasrani, dengan mata pencaharian sebagai nelayan dan berladang.
Belum ada pembaruan antara masyarakat setempat dengan pendatang, kecuali dengan Marga Seli, yang adalah orang Ternate dan telah diangkat menjadi bagian Masyarakat Tabla Nusu, karena pada jaman dulu mereka adalah orang-orang pertama yang datang ke daerah itu untuk berdagang.
Distrik Depapre dibagi dalam tiga Suku besar, yaitu, YUWENA, yang meliputi DORMENA, YONGSU, YEPASE dan WAMBENA.
Yuwena dalam bahasa setempat disebut sebagai, "Sebelah Matahari Naik". Kemudian YOKARI adalah, "Sebelah Matahari Turun", sedangkan NUSU adalah, "Sebelah Matahari Condong".
Nama Tabla Nusu sebenarnya sudah di Indonesiakan, nama asli kampung ini dalam bahasa setempat disebut TEPRA yang berarti 'Suku' dan ONUSU yang berarti 'Matahari Condong'. Jadi TEPRA ONUSU adalah, "Suku dimana Matahari telah condong ke Barat".
Suku Tabla Nusu sendiri telah tiga kali berpindah kampung. Kampung pertama adalah KWAYO, yang telah dimusnahkan oleh Tsunami, kemudian pindah lagi ke Kampung BETIAYO, namun karena perjalanan pulang pergi ke ladang memerlukan waktu cukup lama, maka Mama-mama (pada waktu itu), memutuskan untuk menetap di ladang yang disebut SPARI BORU, artinya "Pantai Berbatu-batu", yang hingga kini menjadi Kampung Tabla Nusu.
Orang Tabla Nusu pindah ke Kampung yang punya ciri khas berbatu ini, sekitar usainya Perang Dunia ke II. Masyarakat Tabla Nusu dipimpin oleh seprang Ondoafi, seperti orang Jayapura pada umumnya, dan mereka mempunyai empat orang Ondoafi.
SOUMILENA adalah pemimpin tertua diantara Ondoafi. APASERAY adalah Ondoafi yang diberi hak untuk melaksanakan pesta adat, kemudian SORONTOUW dan WAMBENA.
Tabla Nusu adalah kampung wisata yang unik, dimana dilatarbelakangi oleh telaga dan pantai yang seluruhnya terdiri dari batuan kerikil halus, seperti buatan tangan/pabrik, tetapi sesungguhnya batuan kerikil ini terjadi karena proses alami.
Memasuki Kampung ini, kita akan melewati turunan yang cukup terjal, memacu adrenalin kita, sangat menguji nyali bagi para pengendara motor. Anda juga wajib membayar retribusi Rp. 10.000,- untuk roda empat dan Rp. 5.000,- untuk roda dua.
Kampung Wisata ini mempunyai fasilitas yang cukup memadai. Ada pondok-pondok atau saung, tenda, kamar ganti, toilet dan juga restoran yang menyediakan menu tradisional maupun nasional. Ada juga resort dan peralatan mancing bagi yang hobby mancing, speedboad dan perahu-perahu.
Dengan bantuan Pemerintah, masyarakat mulai aktif menjual wisata Kampung Tabla Nusu ini sejak tahun 2008. Walaupun jauh sebelumnya Kampung ini sering dikunjungi oleh berbagai kalangan untuk berlibur, namun setelah dijadikan Kampung Wisata, Kampung ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semakin ramai dikunjungi.
Perhatian Dinas Pariwisata dalam mengembangan Pariwisata dan pembangunan ekonomi masyarakat sangat dirasakan. Ini bisa dilihat dari bantuan Dinas Pariwisata seperti bangunan Honai-honai/saung dan penginapan-penginapan yang dikelola penduduk. Pembagian hasil disepakati bersama, antara penduduk pemilik tempat dan pemerintah yang membangun dan menyiapkan segala fasilitasnya.
Satu Honai atau Saung dibandrol dengan harga Rp. 25.000,- sedang tenda ukuran besar dibandrol Rp. 50.000,- berikut kursi dan tikar.
Hasil yang diperoleh akan dibagi kepada PEMDA Kabupaten sebesar 40%, Adat (pemilik tempat) 40% dan 20% untuk Pemerintah Kampung.
Selain penginapan yang disiapkan penduduk dengan Pemda, ada juga Resort dengan standar Hotel, milik mantan Bupati Jayapura, Habel Suwae. Resort ini dikelola oleh Ibu Tina Bonay Suwae, bekerjasama dengan ibu-ibu dan pemuda kampung setempat. Resort ini juga menyediakan berbagai menu tradisional maupun nasional. Salah satu menu favorit wisatawan adalah ikan bakar, dengan harga terjangkau dan tentu saja 'yummy'.
Habel Suwae Resort memasang tarif Rp. 300.000,-/malam. Resort ini juga menyediakan speedboad untuk 'mancing mania' dan tempat barbeque. So, kamu ga perlu bawa banyak barang kalo ingin bermalam.
Jika malam tiba, lampu-lampu di sepanjang pantai yang dililit pada batang pohon kelapa, membuat tempat ini begitu romantis dan eksotik. Banyak juga yang menggunakan tempat ini untuk pesta pernikahan, bulan madu, ulang tahun, ibadah dan lain sebagainya.
Nah, buat kamu yang ingin berkunjung ketempat ini, nikmatilah keindahan Kampung Tabla Nusu, tapi jangan lupa untuk tetap menghargai adat istiadat yang berlaku di Kampung Tabla Nusu. Tidak ada larangan tertulis, atau rambu-rambu yang dipasang untuk para wisatawan, ini karena "Setiap manusia diberikan akal oleh Penciptanya".
Seperti, larangan untuk memasuki Pulau di depan Kampung, melepas alas kaki saat meninjak batu-batu kerikil (terapi alami) dan larangan membawa pulang batu-batu kerikil. Kepercayaan di kampung ini, bahwa, batu-batu tersebut akan kembali kepada keluarganya.
Masyarakat Kampung Tabla Nusu juga diharapkan tidak melupakan adat istiadat, tetapi terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya, sehingga tidak mudah terkikis dengan budaya baru yang masuk. (BK)
Hmm... Bawa pulang batu ga ya?
0 komentar:
Posting Komentar