Jumat, 08 Mei 2020

“ALAMAT ADA SAMA SAYA”

Yaklep: “Obed, ko tolong antar ayam 20 ekor k, ini kartu nama, ada ALAMATNYA disitu”

Obed: “Sipp Yaklep”

Pas di jalan, hujan besar, Obed taslep, ayam2 kabur smua. Obed duduk sambil ketawa2 jadi, orang yg bantu Obed heran baru tanya, “Ko pu ayam kabur smua baru kenapa ko ketawa2 saja, ko tra lari tangkap dorang k?”

Obed: “DONG MO KABUR KEMANA, ALAMAT ADA SAMA SAYA!”
“Shalom, Selamat Malam”

Mince: “Obed, ko tolong taruh blanga di kompor dulu”

Obed: “Iyo.. sudah nii Mince, trus apa lagi?”

Mince: “Kas masuk 5 sendok makan minyak goreng, tunggu sampe panas”

Obed: “Yoo.. Mince minyak su panas nii..”

Mince: “Kas masuk santan yang di panci tuu.. tunggu sampe mendidih”

Obed: “Mince, santan su mendidih nii, trus bagemana?”

Mince: “Kalo su mendidih, KASIH SALAM” (Maksudnya daun salam)

OBED KAS DEKAT KEPALA KE BLANGA BARU BILANG, “SHALOM, SELAMAT MALAM”

Jumat, 13 Maret 2020

HEALTH SECURITY
CORONA VIRUS : Ada dan Tidaknya WHO?

By Gabrielle K
Staf Divisi Riset dan Data
Kelompok Studi Mahasiswa Kajian Organisasi Internasional

    Diawal tahun 2020 ini, masyarakat dunia di kagetkan dengan munculnya sebuah virus yang sampai saat ini masih menjadi topik hangat dan kekhawatiran karena telah memakan banyak korban. Virus Corona atau dalam istilah ilmiahnya 2019 Novel Corona Virus (2019-nCoV) yang sampai saat ini masih menjadi teror bagi masyarakat dunia ini pertama kali teridentifikasi di Wuhan,China sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan. Virus ini diketahui muncul di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan. Diketahui dipasar grosir tersebut dijual hewan liar seperti ular, kelelawar, dan ayam dan menjadi dugaan bahwa Virus Corona ini berasal dari ular. Dugaan lain adalah virus ini menyebar dari hewan ke manusia, dan kemudian dari manusia ke manusia. Sampai saat ini, telah teridentifikasi 114.422 orang di 115 negara yang telah terinfeksi corona. Melihat banyaknya dan mudahnya virus ini tersebar tentu saja menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Hampir seluruh masyarakat terpaksa harus bersembunyi di rumah mereka demi menghindari virus berbahaya tersebut. Hal ini tentu saja menjadi permasalahan dunia karena menganggu kenyamanan masyarakat terutama dalam hal kesehatan.
    Permasalahan kesehatan seperti ini tentu saja menimbulkan perhatian dari banyak pihak terutama yang terkait dengan kesehatan. WHO (World Health Organization) sebagai organisasi kesehatan tebesar di dunia juga tentu saja dipertanyakan perannya dalam kasus ini. WHO sendiri merupakan salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional. WHO dalam hal ini menjadi badan yang bertanggung jawab atas maraknya kasus Virus Corona sampai saat ini. Bahkan, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, telah mengumumkan bahwa Virus Corona merupakan Kondisi darurat Internasional melalui Sidang Komisi Darurat yang dilakukan hingga 3 kali. Tedros juga menyampaikan bahwa seluruh komite sepakat bahwa penyebaran Virus Corona sudah memenuhi kriteria untuk darurat kesehatan publik. Deklarasi darurat internasional ini juga berisi rekomendasi-rekomendasi untuk semua negara. Satu di antaranya, otoritas kesehatan nasional di seluruh dunia dianjurkan melakukan peningkatan pemantauan, kesiapsiagaan, dan tindakan pengendalian mereka. Selain itu, setiap negara disarankan menghindari atau membatasi perjalanan dan perdagangan. WHO memang tak memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi kepada negara-negara. Namun WHO tetap dapat meminta pemerintah memberikan perintah untuk membatasi perjalanan atau perdagangan yang suatu negara lakukan jika terjadi keadaan darurat internasional. Lalu, apa yang telah dilakukan WHO ini sendiri dalam menanggulangi dan membantu masyarakat dunia yang terkena dampak Virus Corona tersebut?
    Melihat persebaran Virus Corona yang sangat meluas, tentunya hal pertama yang harus dilakukan WHO adalah menginformasikan apa itu Virus Corona, Bagaimana cara mencegahnya dan Penanggulangannya ke masyarakat dunia terlebih dahulu. Karena tentu saja masyarakat sendiri perlu tahu apa yang sedang mereka hadapi secara spesifik. Oleh karena itu, WHO mengeluarkan akses pelatihan online yang digunakan sebagai senjata untuk melawan Virus Corona itu sendiri. Pelatihan Online oleh WHO ini telah diakses lebih dari 25.000 orang di seluruh dunia yang berisi  cara mendeteksi, mencegah, merespons, dan mengendalikan virus corona.
Dalam Pelatihan Online ini, tim pembelajaran Program Kedaruratan Kesehatan WHO bekerja sama dengan para pakar teknis untuk dengan cepat mengembangkan dan mempublikasikan kursus online pada 26 Januari 2020 atau 4 hari sebelum Virus Corona dinyatakan sebagai darurat kesehatan internasional. Sekitar 3000 pengguna baru telah mendaftar untuk pelatihan setiap hari sejak diluncurkan, menunjukkan tingkat minat yang tinggi terhadap virus di kalangan profesional kesehatan dan masyarakat umum. Selain itu, lebih dari 200.000 orang telah melihat video pengantar untuk kursus di YouTube. Tingkat keterlibatan yang tinggi ini juga muncul ketika komunitas internasional meluncurkan kesiapsiagaan untuk memerangi penyebaran lebih lanjut virus corona baru dan melindungi negara-negara dengan sistem kesehatan yang  lemah. Pelatihan online yang berjudul “Virus pernapasan yang muncul, termasuk nCoV: metode untuk deteksi, pencegahan, respons dan kontrol” saat ini sedang diproduksi dalam semua bahasa resmi PBB dan Portugis.
    Selain mengedukasi masyarakat tentang Virus Corona itu sendiri. WHO juga telah mengadakan forum penelitian dan inovasi global untuk memobilisasi aksi internasional sebagai tanggapan terhadap Virus Corona. Forum yang telah diadakan 11-12 Februari di Jenewa saat itu bekerja sama dengan menyatukan Penelitian Global untuk Kesiapan Penyakit Menular. Forum ini mempertemukan para ilmuwan terkemuka serta lembaga kesehatan masyarakat, kementerian kesehatan dan penyandang dana penelitian yang mengawasi Virus Corona, Lembaga penelitian kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat kritis serta pengembangan vaksin, terapi dan diagnostik. Forum ini memiliki tujuan untuk membahas beberapa bidang penelitian, termasuk mengidentifikasi sumber virus serta berbagi sampel biologis dan urutan genetik.  Pertemuan ini pada dasarnya diharapkan dapat menetapkan prioritas dan kerangka kerja yang dapat memandu proyek mana yang dilakukan terlebih dahulu terkait Virus Corona. “Memahami penyakit, waduk, penularan, dan keparahan klinisnya dan kemudian mengembangkan tindakan pencegahan yang efektif sangat penting untuk pengendalian wabah, untuk mengurangi kematian dan meminimalkan dampak ekonomi.” kata Dr. Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan WHO.
Jadi, Bedasarkan dua program WHO diatas, dapat dilihat bahwa WHO tidak menutup mata atas apa yang saat ini telah mengganggu kenyamanan masyarakat dunia. VIrus Corona yang saat ini menjadi ancaman dunia, tentu saja menimbulkan banyak kekhawatiran masyarakat. Namun, WHO dengan cepat dan tanggap mengedukasi, menginformasikan dan bahkan mencari penyelasaikan bagi ancaman internasional ini.
    Maka, Sebagai Masyarakat dunia kita tentu perlu menyukseskan dan membantu WHO dalam perjuangannya memberantas Virus Corona.

Senin, 15 Juni 2015


Obed de balap pake de pu Bapa Pu Motor,
de tratau kalo ada sweeping, baru  Polisi kasih stop, trus tanya dia.

Polisi: "Mana SIM & STNK?"
Obed: "Trada Pa Polisi"

Pak Polisi langsung kasih keluar surat tilang. Karna Obed takut dapa marah dari de pu Bapa, Obed bilang ke Pak Polisi,

"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena ia yg memiliki Kerajaan Sorga"

POLISI kaget dan gugup, terus jawab,

"Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi"

Sabtu, 13 Juni 2015


LADA PAPUA

Lada bukan berarti bumbu dapur, Lada Papua yang saya maksud disini adalah lagu daerah yang berasal dari berbagai suku dan bangsa di Papua. Di era 1970-an lada cukup meletup dikuping orang yang dilantumkan group Band Manyori(burung Nuri). Nama Manyori ini tidak bertahan lama karena  burung Nuri lebih merupakan burung suci orang Biak Numfor saja, sementara burung kuning dihormati oleh semua suku-suku di seluruh Papua Barat sebagai mahkota kepala suku. Maka pada era 1980-an lahirlah Mambesak “Cenderawasih atau burung kuning”.

Group Mambesak mampu menggarab Lada Papua Barat dengan bahasa suku yang ada di Papua kemudian di arrangements dengan alat musik lokal yang sangat sederhana seperti Tifa, Suling bambu, Tambur, Ukulele, Tabura(kulit Kerang) dan lainnya.

Lada Papua yang dinyanyikan kelompok Mambesak mewakili suku dan bahasa masing-masing daerah seperti Waniambei (Tobati – Jayapura), Na Sisar matiti (Teluk Bintuni), Lenso Inoni Nifako(Waropen), Akai Bipa Mare (Mimika), Basiri Buruai(kaimana), Henggi Iha (Fak Fak), Yapo Mamacica (Asmat), Mate Mani Inanwatan(Sorong), Nit Pughuluok En (Kurima - Jayawijaya), Wayut Lo (Muyu-Merauke), Piruje(Moor-Nabire), Omentaiseo (Teminabuan-Sorong), Syowi Yena (Biak-Numfor) dan Maitwu Som(Arso-Jayapura).

Dengan berkembangnya arus migrasi dan pembangunan di Papua, Lada mulai surut, kini kebangkitan lada kreasi sudah sering digunakan dalam festival lagu dan kesenian daerah. Redupnya Lada sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1975, ketika pertama kali diadakan festifal tari daerah se-provinsi Papua Barat di Port Numbay(Jayapura), dimana sekitar 35 kelompok tari mengambil bagian.

Lada Papua Barat yang nongol dipentas provinsi maupun nasional terbatas pada satu lagu asal Biak Numfor “APUSE”, lagu berpisahan seorang cucu yang sebelumnya pergi merantau meminta doa restu kakeknya. Boleh dibilang lada ini sudah menjadi konsumsi nasional, dimana RRI dalam program pendidikan Sekolah Dasar menggunakan instruments Apuse di era 1980-an.

Kini telah banyak group tari dan band yang hadir di Papua, hanya saja belum mampu mempertahankan dan mengangkat Lada Papua seperti group band Manyori, Mambesak, Yaromba, Pindotu, Munabay, Bewi, Erisam, Sandia (Fajar), Kamasan(pandai besi), Kurana Mambesak(burung cenderawasih raja), Apuse, Ai Mando 81(pulau-pulau dalam bahasa Biak klasik) sedangkan angka 81 bermakna 8 kecamatan menjadi 1 kabupaten Biak Numfor, yang semuanya berasal dari daerah Teluk Saireri yang kini dikenal dengan nama Teluk Cenderawasih.

Sebut saja almarhum Sam Kapissa, pendiri group musik Sandia yang juga pencipta begitu banyak Lada bagi gerasi penerus Papua melihat terdapat dua aliran dalam pengembangan seni musik daerah Papua Barat.
*   Ingin meng-Papua-kan musik popular, misalnya dengan mengarang lagu berirama keroncong ke dalam salah satu bahasa suku di Papua.
*        Ingin mencoba mempopulerkan musik Papua, tanpa harus mengubah.

Lada Papua bukan hanya disukai warga Papua, namun hampir semua orang Indonesia yang berdomisii di Tanah Papua menyukainya, hanya saja arti sebuah Lada itu sulit dimengerti oleh new comer atau suku lain di Papua karena kultur dan bahasa. Misalkan saja, lagu Awin Kamam dari Biak Numfor yang dinyanyikan oleh Trio Ambisi. Semua orang  menghafalkan teks lagu ini dengan tepat, tetapi belum tentu memahami arti isi Lada tersebut.

Lada dengan bahasa Biak ini yang dapat menterjemahkan sesuai kultur dan bahasa adalah suku bangsa Biak tulen, bukan peranakan atau suku Biak lahir dan besar diluar pulau Biak. Kata-kata yang terkandung dalam lagu ini mengandung makna histories yang sulit diterjemahkan kaum muda Papua asal Biak Numfor, yang mereka pahami adalah kata Awin & Kamam (Mama & Bapa), begitu juga Lada dari Papua yang lain diseantero pulau Kasuari. Maka disinilah terjadi abrasi bahasa dan kultur yang bermuara lahirnya lada dan musik kreasi Papua.

Lain halnya dengan kelompok musik yang lahir pada era 1970-an sampai 1980-an di Papua Barat seperti Coconut, Black Papas, Black Sweet, Black Brothers dimana hampir semua group musik ini membawakan lagu dalam bahasa Indonesia, tetapi kata-kata yang tercantum didalamnya menceritakan dan menyampaikan keadaaan Papua Barat sesungguhnya dari berbagai sisi kepada pemerintah Indonesia di Jakarta untuk dijadikan asupan agar kelak pembangunan di Papua Barat sama dengan daerah lain di Indonesia.

Aliran kelompok musik ini tidak bertahan lama di Papua Barat, walaupun sukses membawa dan merubah warna musik Indonesia, mereka dianggap sebagai kelompok musik yang memperkeruh situasi politik di Papua Barat, akhirnya dengan kepemimpinan Alm. Haji Soekarto yang begitu otoriter mereka tepencar ke belahan dunia lain.

Redupnya musik dan Lada Papua tidak mematahkan semangat kaum penerus di Papua. Banyak group musik dan tari yang lahir dan bahkan penyani Lada tunggal seperti Mecu Imbiri, Steve Waramori, Agus Samori dan masih banyak lagi.**Joe**

SARANA PENYAMPAIAN PESAN

Bukan hanya Lada Papua, namun pencipta lagu seantero dunia menyampaikan pesan dan perasaan yang sudah berlalu atau sedang dialami seseorang melalui lagu, puisi atau sajak. Kamu akan menjadikan salah satu lagu sebagai lagu kenangan sepanjang kehidupan kamu, entah itu Lada, lagu berbahasa Indonesia, Inggris atau bahasa asing lainnya.

Lada di Papua memang begitu meroket di era 1980-an ketika group Mambesak mengangkat Lada Papua Barat dalam acara “open event” setiap hari minggu di halaman Loka Budaya Antropologi Universitas Cenderwasih Jayapura, demikian dituturkan Steve Waramori, SH, pengacara Papua yang menyukai Lada Papua sejak duduk di kelas II SMP Negeri 1 Abepura.

Pekerjaan yang ditekuni Steve cukup melelahkan dan memerlukan ekstra tenaga dalam penyelesaian suatu kasus Pidana maupun Perdata. Namun kesukaan terhadap Lada Papua bagi Steve sudah menyatuh dengan kehidupannya. Walaupun begitu sibuk dengan pekerjaannya, Steve mampu memproduksikan sebanyak 2 album dalam bentuk kaset dan VCD yang begitu laris manis di pasaran Papua.

Menurut Steve tidak semua Lada itu diterima masyarakat umum, apalagi dikalangan ABG yang selalu mengikuti trend dan arus moderenisasi. Mereka lebih cepat menyukai lagu-lagu daerah yang menceritakan tentang seseorang yang putus cinta atau sedang dilanda asmara. Sebenarnya mereka belum memahami arti isi lagu, tetapi dari petikan musik dan kata-kata yang dilantumkan akan mereka rasakan dan memahaminya. Hal itu terbukti dengan lagu karyanya berjudul “…………………………” pada volume I. Begitu saya release hampir semua kaum muda dan anak-anak menyukai dan menyanyi di jalan-jalan, dalam taksi, tempat-tempat rekreasi dan dimana saja.

Guna mempertahankan Lada Papua yang bermutu, seorang pencipta lagu atau penyusun notasi mesti mengerti budaya dimana lagu itu berasal, dengan demikian gubahan dapat diterima khalayak umum. Steve sendiri menggunakan beberapa irama musik seperti blues, Reggae, pop dan rap seiring dengan perkembangan musik daerah dalam melodi import.  

Kita akui, pemda belum menjalankan tugas mengangkat LADA Papua dipentas yang melibatkan kaum muda dari berbagai suku dan bangsa yang ada di tanah Papua; padahal mereka memiliki talenta yang begitu brillian.
 
Untuk mempertahankan LADA Papua sebenarnya tidak begitu sulit kalau saja ada kontrol dari pihak terkait seperti Dewan Kesenian Daerah Papua atau Dinas Pariwisata Papua. Orang akan senang dan bertanya ketika mendengar LADA Papua pada acara pembukaan suatu event atau pada live music di hotel, pub, Karaoke, Diskotik atau acara lain yang bernuansa nasional di Papua.

Jika tidak demikian secara perlahan-lahan kejajaan Lada Papua akan menguap seiring dengan semakin punahnya burung cenderawasih.

Gebrakan Melodi Import

Perkembangan zaman semakin membawa perubahan disegala ruang dalam tatanan sosial budaya masyarakat Papua. Tanpa merubah arti dan makna melodi import mulai terinveksi hampir disetiap lagu daerah yang dinyanyikan secara berkelompok, duet atau single. Hadirnya melodi import yang dimainkan melalui Keyboard, Guitar, Biola menggeser nada dan irama Lada Papua. Pergeseran terjadi bukan hanya pada Lada Papua tetapi hampir disemua aspek kultur Papua, kecuali daerah yang masih terisolasi dengan jangkau misionaris dan pelayanan pemerintah Indonesia.

Jika dicermati, Lada Papua cukup access dan bertahan lama dipasaran, hanya saja system managementnya kurang berjalan mulus serta belum adanya proteksi dari mereka yang berkompoten. Banyak group yang menyanyi lagu karya orang lain dengan mencantum NN (No name), ada juga yang mengaku ciptaannya bila Lada itu mencuat dan bertahan lama dipermukaan. Baiknya di Papua adopsi hak cipta sampai sekarang belum sampai ke meja hijau.

Hadirnya melodi import melahirkan banyak kelompok musik guna mempertahankan Lada Papua. Salah satu kelompok musik yang lagi naik daun dengan Lada Papua khususnya Lada Pegunungan Tengah adalah Manico Group.

Manico Group dibawah pimpinan David Wanimbo, SE  mampu mengangkat Lada Pegunungan Tengah yang selama ini kurang dikenal. Kelompok ini membawakan Lada dengan ciri khas kultur pegunungan Papua. Mereka menggunakan melodi import tanpa merubah arti, kata, makna dan bahasa suatu teks.

Menurut David Wanimbo, Group yang dipimpinnya telah merilis sebanyak 3 album dalam bentuk kaset dan MP3 untuk Volume I. Lada yang dibawahkan kelompok Manico cukup digemari masyarakat Papua, dan sebanyak 10 lagu masuk dalam daftar Nada Sambung Pribadi(NSP) Telkomsel Indonesia tahun 2008. Terpilihnya ke-10 NSP ini atas permintaan masyarakat setelah mereka mengikuti dan mendengar lagu kami yang disiarkan langsung melalui program RRI Pro 2 Jakarta pertengahan September 2007 lalu dimana kami diinterview selama 4 jam karena masyarakat Pegunungan Tengah berani tampil mengangkat Lada dan musik khas daerah gunung, demikian kata David. Ke-10 lagu yang dimaksud dengan kode NSP diantaranya adalah Luka-1250142, O Wamena 1250145, Ap Yali 1250140, Nagalo 1250141, Fano Melalek 1250143, Welaleho 1250144.

Walaupun sukses merilis volume I, II dan III tetapi masih merasa tidak aman dengan lagu-lagu yang bernuansa wilayah Pegunungan Tengah itu, apalagi kabupaten Yahukimo sendiri belum terbentuk institusi yang bisa memproteksi karya Manico Group. Dewan Kesenian Daerah Papua yang mestinya berperan melindungi dan melestarikan setiap karya seni sedini mungkin sebelum termakan jiplakan oleh oknum-oknum yang tidak mematuhi hukum.

Manico Group layak diberikan isapan jempol, boleh dibilang baru seumur jagung, tetapi mampu membawakan sebanyak 36 lagu terbaik dalam satu tahun dan mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten Yahukimo. Harga per kaset sangat bervariasi, di Jayapura dijual RP. 45. 000, sedangkan di Wamena, Yahukimo, Tokikara, Puncak Jaya dan Pegunungan Bintang sebesar Rp. 50.000.

Pimpinan Manico Group, mengatakan ia ingin mengangkat lagu-lagu daerah Pegunungan Tengah Papua dengan personil anak asli untuk menjaga pengucapan kata, bahasa, mutu dan kualitas tetap terjaga. Kami berencana akan berangkat ke Jakarta dalam bulan ini masuk studio rekaman menggarap volume IV dan V untuk menghibur masyarakat Papua umumnya dan Pegunungan Tengah Papua khususnya. 

Perbatasan RIPNG


Hello Pembaca setia, kali ini saya mengajak kalian reader ke perbatasan RI-PNG yang sering disebut dengan Batas atau Wutung. Perjalanan kamu akan sangat menyenangkan bila melakukan border tour sepanjang 75 KM dari Abepura city square.”Lingkarang Setan atau Education Monument” Fresh air itulah yang akan menemani kamu sepanjang perjanan menuju Wutung. Jalan kesana memang begitu mulus berkat rencana presiden RI meresmiskan pasar bebas RI-PNG 2 tahun lalu, namun rencana itu tidak kunjung terlaksana dengan berbagai alasan.  Be careful jika menggunakan kendaraan roda 2 atau 4, agar menghindari terpelosok ke Tami Wara (sungai Tami) disarankan tidak menggunakan High Speed dan berkendaraan disaat lagi on air(sedang mengkonsumsi alcoholic beverage) Suguhan musik alam selalu mengiringi pengunjung ke perbatasan dalam situasi apa saja.

Bila melakukan perjalanan balik, kamu bisa beristirahat di Tami bridge atau Skouw Mabo Beach sambil menikmati lunch box dan keindah Pacific Ocean.

Jika ingin melakukan perjalanan ke perbatasan RI–PNG, kamu dapat menggunakan dua access, yaitu Sea transportation & Land transportation. Untuk darat start dari terminal Pasar Youtefa pillh jurusan Skouw-Wutung/Batas dengan starwagon, menghabiskan Rp. 15.000 untuk kamu sekali jalan. Kalau mau lanjutin perjalanan lagi ke Luar Negeri cukup berjalan kaki sekitar 500 meter dari kantor Imigrasi RI di Wutung, disana kami akan melihat bendera Negara Papua New Guinea yang merdeka tahun 1975 dan pemancar Mercusuar yang menandakan berbatasan kedua negara, selanjutnya jika ingin shopping cukup di sekitar kantor perwakilan Imigrasi PNG di Wutung.

Sebelum melakukan shopping, disarankan menukarkan mata uang kita dengan Kina disekitar pasar Wutungnya orang Indonesia, agar memudahkan kamu belanja dalam hal komunikasi. Dimana 1 kina = Rp. 3.200. Bahasa orang seberang adalah Inggris-Fiji, kamu yang bisa ngerti bahasa Inggris adalah nilai plus, Kalau tidak lancar belajarlah sama mereka disana, dalam 1 tahun kamu bisa kuasai jika sering melakukan traveling kesana.

Disitu kamu akan mendapatkan pemandangan indah ke perkampungan Wutung, Lautan Pasifik, melihat jualan kerajinan tangan, minuman kaleng, Kornet Beef, kain bermotif pasifik, bendera 15 provinsi di PNG dan bahkan kamu dapat mencicipi masakan khas     seperti domba panggang, papeda bungkus campur rice and others.

Jika ingin meneruskan traveling abroad, keluarkan lagi 10 Kina, sekitar RP. 30,000 sudah sampai di Sandaun-Vanimo, the last province of PNG, dengan menghabiskan waktu satu setengah jam, maximum speed 70 KM.

Kamu yang kuat dengan gelombang laut, melalui Argapura pantai menghubungi motorist disekitar pantai dengan membawa surat keterangan dari Imigrasi Jayapura atau memiliki Red Card dapat akses melalui sea transport. Apabilia ingin memperoleh Red Card, cukup menyertakan salinan kartu keluarga dan KTP ditambah pas photo berwarna 3x4 sebanyak 2 lembar, selanjutnya antar ke Bram Taime di Hamadi atau kantor Imigrasi di perbatasan RI-PNG, Wutung. Dalam melakukan traveling ini, minuman dan makanan ringin diikutsertakan agar tetap tegar menempuh sekian miles.  

Rabu, 10 Juni 2015

Sudah seminggu, Tete Obed tra bisa tidur.
Ini karna Nene ada pi liat cucu yang baru lahir di Jawa.
Tiap malam Tete gelisah tak menentu.
Hampir2 pagi baru Tete dapa sono.
Makanya Tete pi Dokter untuk minta Obat tidur.

Dokter: "Selamat pagi Tete. Tete sakit apa k?"
Tete: "Anak Dokter, dari Nene berangkat sampe skarang ini,
           tiap malam Tete susah tidur, kasih Tete obat tidur k"
Dokter: "Tete, Sa kasih Tete 3 tablet. Merah, Kuning dan Putih"
              Yang Putih Tete minum sebentar malam"
Tete: "De pu kasiat apa anak?"
Dokter: "Tete bisa mimpi bertemu JUPE"
Tete: "woooowww"
Dokter: "Yang Kuning besok malam"
Tete: "Kasiatnya?"
Dokter: "Tete akan mimpi bertemu dengan LUNA MAYA"
Tete: "Anak Dokter, Ko andalannnn"
Dokter: "Dan yang merah, Tete minum lusa.
              Yang merah ini,  Tete bisa mimpi bertemu DEPE"
Tete: "Anak Ko Bahaya skaliii. Kalo Tete minum 3 sekaligus, bagemana?"
Dokter: "Kalo Tete minum 3 sekaligus, Tete bisa bertemu NIKE ARDILA!"