Rabu, 01 April 2015

Bagi orang Papua, Pinang bukan hanya alat kontak dalam Prosesi Adat, tetapi saat ini, Pinang menjadi makanan yang digemari tua muda, laki perempuan, anak-anak, bahkan orang non Papua. Tetapi, sebagian orang terganggu dengan ludah pinang, yang disemburkan sembarangan.

Berikut tips, bagi penikmat Pinang...

1. Pilihlah pinang yang saat dipetik, yang metik ga buang pinangnya ke bawah, tetapi dibawa turun. Ini untuk menghindari mabuk Pinang, mitosnya begitu, (caya ora caya, caya dehh).
Kalo anda ragu-ragu karna ga liat waktu dipetik, putarlah Pinang diatas kepala sebanyak 7 kali, sambil nyebut... but ... but ...

2. Lihat jari kelingking kamu, nah, gitu deh, besarnya sirih yang harus kamu makan.
Kebanyakan..? Bisa disimpan dalam almari es, caranya dibungkus dulu dengan daun pisang, atau koran bekas Washington Pos, dijamin segar setahun.

3. Nah, material terakhir yang dibutuhkan adalah kapur. Ribuan ton kapur telah diproduksi, tapi belum pernah diuji coba kandungannya oleh BPOM. So, hati-hati dengan kapur pinang yang berwarna sangat putih/bersih. Kapur asal Sentani (yang berasal dari kerang Danau Sentani), konon katanya lebih sehat.
hehehe ... bukan karna saya orang Sentani lho.., tapi ga'ada salahnya juga dipromosiin.

4. Janganlah, tertawa, menyanyi, batuk, bersin, apalagi menangis saat makan pinang, keselek tau..!

5. Buanglah ludah pinang pada tempatnya, kalo ga ada tempat sampah, telan aja, ga'papa, ga bertulang kok!

6. Saat bepergian, bawalah pinang saja atau sirih saja atau kapur saja, ini untuk memperlancar proses perkenalan kamu dengan seseorang, apalagi buat yang jomblo. Kalo kamu bawa pinang saja, kamu bisa alasan minta kapur atau sirih, modus..

7. Sikatlah gigi kamu, sesering mungkin menggunakan abu gosok, atau serat pinang itu sendiri. Odol ga mempan sama getah pinang.

8. Buat "pengacara", alias pengangguran banyak acara, pilih pinang ojek, kata pribahasa, hemat pangkal kaya.

0 komentar:

Posting Komentar